Selasa, 11 September 2012

Sang Penyair

Penyair itu seperti air
meski bebatu dan ranting rumput hanyut
tetap mengalir

Penyair itu seperti kabut
meski hujan dan malam larut
sajak tetap terajut

Penyair itu seperti kenari
meski sepi dan benci mengurung hati
tetaplah lincah menari

Dan,
Penyair itu bukan aku
meski selaksa sajak sehari
'ku tak bisa menjadi matahari
'ku tak bisa melukis mimpi

Tapi sajakku ada di sini.


                             2011.

Selasa, 28 Agustus 2012

Kisah Burung Manyar

Gemercak angin menyapa daun bambu
Burung manyar merentak sayap
Hinggap terbang di pucuk senyap
Menuju sarang dan terlelap
Selesai hidup matahari redup

Aku ceritakan tentang burung itu
Kepadamu sebelum malam pengap
Rembulan tersesat di belantara awan
Jatuh membayang di sela air
pendar dan hilang kabar
Seribu burung manyar terpejam
Seribu burung manyar tertunduk diam
Saat angin merayu pucuk bambu
--; di jantung kampungku

Kini adalah pohon bambu menyambutmu
Saat sayup menderas kalbu
Saat bayang jagung kering membeku
Adakah sarang itu berteriak lantang;
"Datanglah padaku oh burung manyarku
Tidurlah di relungku oh burung manyarku
Simpanlah sayap sebelum esok menyerbu"

Burung manyar terbang liar
Melayang nanar tanpa binar
Tinggal angin menyapa pucuk bambu
Sarang kosong tanpa peluk rindu
Biarkah Sang Manyar hinggap di jemarimu
--; Biarkan!


                                              2011

Jumat, 24 Agustus 2012

Rabu, 15 Agustus 2012

Senja Pelabuhan Ratu

Aku ada di sini
Di tepi Pelabuhan Ratu
Menulis sajak memeluk pantai
Camar rindukan pantai
Hilang di karang landai

Aku ada di sini
Kepada pasir angin mengalir
Kepada bebatu tajam menghadang
Pecah gelombang sebelum tujuan
--; Basahi jemari sedalam lukamu

Ada perahu di ujung cakrawala
Melaju di senja Pelabuhan Ratu
Seperti doa kupanjatkan penuh ragu
Seperti lentera sunyi malam itu
Malam ketika nelayan hilang kejujuran

                                          2011

Senin, 13 Agustus 2012

Sajak Minum Kopi

Tuangkan kopi secangkir saja
Pelepas dahaga sebelum senja
Kibaskan penat sebelum terjaga
Lepaskan duka tuang sebisanya
Mari minum sepelan lupa

Hidup harus memiliki arti
Meski hitam secangkir kopi
Meski kelam jangan pikir lagi
Bulan tak akan mengulang hari
Tapi ombak selalu memeluk pantai
--; Di sini aku menulis sunyi

Sebelum matahari merah sembunyi
Tumpahkan kopi ke tepi hati
Sedikit lagi.


                                   Jakarta, 2011

Hidup dalam Sajak

Mari bicara dengan hati dewasa
Seperti rerumputan ketika senja
Seperti rembulan rona purnama
Menari di antara risau tanpa henti
--; Begitulah hidup kita lewati

Menjadi dewasa bukan soal kata
Ketika mampu mempermainkan makna
Bahwa hidup sejatinya berhenti
Saat kita tak kuasa bermimpi
--; Bukan mati tetapi hilang diri

Mari bicara dengan hati dewasa
Seperti malam menidurkan matahari
Seperti hujan melepas janji.


                                        2011

Sabtu, 04 Agustus 2012

Pada Jembatan Berbatu

Jalan itu menikung dan berbatu
Padahal hujan baru saja berlalu
Bias embun seperti cermin
Di rerumputan tanah membeku
Baca sajakku jika gelisahmu berlalu
Baca sajakku jika malammu beradu
--; Dan berhentilah di jembatan itu

Ambillah sepucuk dedaun, ambil!
Jatuhkan ke riuh air tanpa ragu
Seekor ikan terjerat mata kail
Lihat dia berlari dan terus berlari
--; Tanpa peduli detak jantungmu

Ini jalan menikung dan berbatu.


                                   April, 2011